Wiranto Bersyukur Bangsa Indonesia Tetap Bersatu di Tengah Gangguan
DEPOK – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamaman (Menko Polhukam) Wiranto bersyukur bangsa Indonesia bisa terus merawat persatuan, meski banyak ancaman dan gangguan yang mencoba merongrong persatuan.
“Apa dari sisi agama muncul ideologi lain, sisi kesukuan muncul egoisme suku, dari sisi ras, dari sisi perbedaan derajat sosial, ini semua mengisyaratkan merawat persatuan tidak mudah, tapi harus," kata Wiranto dalam keterangannya, Minggu (24/3/2019).
Sebab, tatkala persatuan sudah tercemar, persatuan ini rapuh maka bangsa Indonesia akan mengalami keadaan yang sangat sulit. Sebaliknya jika bersatu, bangsa Indonesia bisa melakukan pembangunan.
Seperti diungkapkan Wiranto dalam Forum Koordinator dan Sinkronisasi Memperteguh Kebhinekaan di Depok, Jawa Barat, Kamis 21 Maret 2109, dengan bersatu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa melaksanakan Nawacita ketiga, yakni membangun dari pinggiran.
Wiranto menjelaskan, membangun dari pinggiran adalah terobosan berani dari Jokowi, karena tidak sepopulis membangun di kota besar. Namun, Jokowi tetap melakukannya karena untuk menyatukan Indonesia.
Membangun dari pinggiran, lanjut Wiranto, juga mendorong terciptanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia agar bisa tercapai. Ia selaku ketua dewan pengarah pembangunan daerah perbatasan juga memiliki sejumlah tugas untuk terciptanya pembangunan.
Yakni, memadukan seluruh kekuatan kementerian lembaga untuk betul-betul membangun daerah secara terpadu. Setidaknya ada 7 pos lintas batas yang sekarang sangat megah karena hasil dari pembangunan dari pinggiran.
"Pos lintas batas yang tadinya kumuh, memalukan kita robohkan. Dari 18 pos lintas batas yang rencananya akan dibangun, sudah 7 yang sekarang sangat megah dan tinggal 11 yang akan diselesaikan akhir tahun 2019,” katanya.
Wiranto menambahkan, bangsa Indonesia akan melaksanakan Pemilu serentak. Pada 17 April 2019, adalah pesta demokrasi yang istimewa karena memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPRD, dan DPD secara serentak untuk pertama kalinya.
Lebih dari 200 juta jiwa akan berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Bukanlah hal yang mudah untuk memastikan aman, tertib lancar, bermartabat, sukses. Sehingga ini harus menjadi tugas bersama, baik aparat maupun masyarakat.
Sesuai amanat UUD 1945, negeri ini yang berdaulat adalah rakyat. Saat proklamasi kemerdekaan, Soekarno dan Hatta juga menandatangani naskah kemerdekaan atas nama bangsa indonesia.
“Oleh karena itu, pemilu harus sukses, kalau tidak aman maka tidak sukses. Sukses berarti harus ada kesinambungan memilih pemimpin yang benar-benar baik, maka pemilu menjadi sangat penting," ujarnya.
"Banyak yang masih keliru pemahamanannya, pemilu bukan diadu pemimpin tapi dipilih, berhadapan dengan rakyat, menampilkan kehebatannya baru rakyat milih yang terbaik, yang punya kompetensi, pengalaman, mampu sebagai nakhoda Indonesia menuju pulau harapan,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna mengatakan perbedaan pandangan dan pilihan berpolitik menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Kota Depok, karena itu adalah akar sejarah kelahiran Kota Depok. Sehingga perbedaan tidak harus dibayar dengan perpecahan.
“Kedewasaan, kematangan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya persatuan dan kesatuan di atas perbedaan telah menjadikan Depok sebagai salah satu kota yang aman dalam pelaksanaan pesta demokrasi," ujarnya.
Menurutnya, Pemkot Depok bersama seluruh pemangku kepentingan memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kerukunan kehidupan berbangsa dalam menyukseskan pelaksanaan pemilu sebagai pemilu yang aman, damai dan bermartabat.
"Dari pengalaman, kami pesta demokrasi di Depok semua berjalan aman, lancar, kondusif dan ini kami syukuri sebagai masyarakat Kota Depok," ujarnya.
(erh)
No comments: